Selasa, 09 November 2010

PTK IPS KELAS III



BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
            Dalam kegiatan belajar mengajar dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan di ciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak akan ‘’mengalami’’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘’mengetahui’’ nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘’mengingat’’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita sekarang ini.
            Pendekatan kontektual ( Contextual Teaching and Learnig (CTL) ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran sangat dipentingkan untuk mencapai hasil yang maksimal.
            Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai   



Pengarah dan pembimbing.    
Dalam kelas guru harus membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari penemuan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru dalam pembelajaran ini 
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berminat untuk menerapkan
pembelajaran berdasarkan Pendekatan kontekstual (CTL) sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III mata pelajaran IPS di SDN Sumberagung 03.

  • IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka kami akan mengidentifikasi masalah yang dapat diperbaiki oleh guru :
Dalam pembelajaran IPS di SDN Sumberagung 03 terdapat masalah-masalah sebagai berikut :
  1. Untuk mata pelajaran IPS materi penggunaan uang, dari 13 siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 53%.
  2. Dalam mengajar guru menggunakan metode ceramah sehingga pemahaman siswa kurang.
Dari masalah-masalah ketuntasan belajar dan metode pembelajaran
yang digunakan guru, perlu dianalisis masalah mana yang dianggap penting dan harus segera dipecahkan karena merupakan akar permasalahan yang sesungguhnya.
            Masalah-masalah di atas diperoleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan, wawancara dengan siswa, dan pengamatan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat dan kepala sekolah untuk berkolaborasi dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.


  • ANALISIS MASALAH
            Peneliti beranggapan bahwa masalah metode pembelajaan yang digunakan guru yang perlu diteliti karena dengan metode pembelajaran yang baik akan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan demikian ketuntasan belajarpun dapat dicapai. Alternatif pemecahan masalah ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) sabagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas III SDN Sumberagung 03 mata pelajaran IPS tentang penggunaan  uang.

B. RUMUSAN MASALAH
 Di dalam penelitian ini akan dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah dengan pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan Keaktifan  siswa kelas III tentang penggunaan uang ?
  2. Apakah dengan pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan prestasi siswa kelas III tentang penggunaan uang ?

C.TUJUAN PERBAIKAN
            Setelah digunakan metode pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dapat :
  1.  Meningkatkan Keaktifan  belajar siswa tentang konsep penggunaan uang.
  2. Meningkatkan prestasi belajar siswa tentang konsep penggunaan uang

D.MANFAAT PERBAIKAN
1. Bagi siswa
    1.1 Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
    1.2 Meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa
    1.3 Menerapkan secara langsung materi pelajaran dengan  Kehidupan
          sehari-hari.
   1.4 Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan   
          keterampilan  memperoleh ilmu pengetahuan.
    1.5 Mendorong siswa berpikir logis
    1.6 Membantu siswa menemukan sendiri ilmu pengetahuannya.
2. Bagi Guru
      2.1 Dapat menerapkan Pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontextual    
(CTL) khususnya dalam konsep penggunaa uang   serta konsep-konsep  lain pada umumnya (yang sesuai).
2.2  Dapat memperkaya model pembelajaran sehingga dapat menambah   
motivasi dan minat belajar siswa yang berdampak  meningkatnya hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
    3.1 Sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan
          sekolah.
    3.2 Hasil penelitian akan memberikan kontribusi bagi perbaikan kwalitas pendidikan khususnya di SDN Sumberagung 03.

E. DEFINISI OPERASIONAL
    1. Keaktifan
            Aktifitas belajar merupakan kegiatan yaitu memperhatikan, mendengarkan, mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru, selain itu siswa juga harus aktif bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum dimengerti, siswa harus lebih kritis dan kreatif. Untuk mengukur atau menilai keaktifan siswa ini digunakan angket. Dalam hal ini penilaiannya berdasarkan prosentase peningkatan keaktifan siswa pada diskusi  siklus II dibandingkan diskusi pada siklus II.
2. Prestasi belajar
      Prestasi belajar adalah hasil tes-tes dalam bentuk tumaupun lisan yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam memahami suatu pelajaran, tes dilakukan pada siklus I dan siklus II. Prestasi siswa dikatakan meningkat bila hasil dari skor tes siswa pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I.
                BAB II
KAJIAN PUSTAKA

  1. HAKIKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN   KONTEKSTUAL (CTL)
Pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual
( contextual Teaching and Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (LearningCommunity), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic Assessment).

  1. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN CTL
Salah satu ciri fisik kelas CTL adalah dinding kelas penuh
tempelan hasil karya siswa, bahkan lorong-lorong sekolah pun dapat dimanfaatkan untuk menempel seperti peta ( baik cetak maupun buatan siswa sendiri), artikel, gambar tokoh, puisikomentar, diagram dan lain–lain. Dengan demikian kemampuan siswa pergi dikepung oleh informasi.Ciri kedua CTL adalah siswa selalu ramai dan gembira dalam belajar. Kelas yang aktif bukan kelas yang sepi. Diperlukan sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa,
                        Menurut Blanchard dalam Doantara Yasa (2010) ciri-ciri      kontekstual: 1) Menekankan pada             pentingnya pemecahan masalah.         2) Kegiatan belajar dilakukan dalam              berbagai konteks 3)             Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan  agar           siswa dapat belajar      mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan   temannya dalam          kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran    menekankan pada             konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6)       Menggunakan             penilaian otentik


  1. LANDASAN FILOSOFI  PENGEMBANGAN CTL
Landasan filosofi CTL adalah konstruktifisme yaitu filosof
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar  menghafal    Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di  benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah  kan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi  mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.     Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatism yang digagas oleh John dewey pada awal abad 20 yang lalu.
            Contextual Teaching Learning (CTL) dikembangkan oleh The Washington state Concortium for Contextual Teaching and Learning yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan pada guru – guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat SLTP Depdiknas.


  1. PENGERTIAN KEAKTIFAN
Dalam Kamus  Bahasa Indonesia Lengkap (1997: 28) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan.  Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Dalam menilai keaktifan siswa digunakan angket.

  1. PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,  tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedagkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar   
Winkel dalam Sunarto (2010) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso dalam Sunarto (2010) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi yaitu dengan bentuk skor tes. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
  1. UANG
      Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern,  Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang   sebagai alat penunda pembayaran.
Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai. uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
 Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.
Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang
 Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.


















BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
  1. SUBJEK PENELITAN
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa
Kelas III SDN Sumberagung 03 tahun pelajaran 2009 – 2010 dengan jumlah siswa 13 orang untuk mata pelajaran IPS tentang memahami pekerjaan dan penggunaan uang dengan karakteristik siswa yang heterogen dalam arti kemampuannya ada yng relative tinggi, sedang dan bawah.
a.       Waktu Lamanya Penelitian
-       Waktu Penelitian yaitu tgl 17 sampai 18 Maret 2010 pada semester II saat pembelajaran IPS materi “Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang”.
-       Siklus I dilaksanakan tanggal 17 Maret 2010.
-       Siklus II dilaksanakan tanggal 18 Maret2010.
b.      Tempat Penelitian
PTK di laksanakan di kelas III SDN Sumberagung 03 JL Raya Sumberagung KecamatanSumbermanjing Kabupaten Malang.

  1. DESKRIPSI PER SIKLUS
Penelitian dibagi menjadi dua siklus yaitu :
1.      Siklus I
a.      Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan Rencana
Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual,(CTL), dengan meminta salah satu teman sejawat untuk melakukan pengamatan selama proses pembelajara.
            Dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dianggap mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat mengaktifkan siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya.


Langkah-langkah Perbaikan :
·         Guru menjelaskan tentang langkah-langkah        Pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual  (CTL)
·         Diupayakan pembelajaran yang asyik dan  menyenangkan.
·         Siswa diberi kesempatan untuk menerapkan materi     Pelajaran dengan kenyataan kehidupan sehari-hari.
b.      Pelaksanaan
Selama pelaksanaan penelitian peneliti mengacu pada rencana perbaikan yang telah dipersiapkan. Prosedur peneliti meliputi kegiatan sebelum pelaksanaan PTK berupa refleksi awal (refleksi dari pelajaran sebelumnya) dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK.
Prosedur Penelitian
#. Sebelum Pelaksanaan PTK
      • Refleksi Awal
Berdasarkan refleksi dari pelajaran sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut :
        • Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran monoton, yaitu metode ceramah.
        • Siswa terlihat jenuh dalam mengikuti pelajaran.
        • Prestasi belajar kurang memuaskan banyak yang tidak mencapai ketuntasan.
      • Observasi
Kegiatan ini dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada siswa kelas III SDN Sumberagung 03 sebelum dilaksanakan PTK yang berkaitan dengan pembelajaran IPS tentang jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
                       
#. Pelaksanaan PTK
§  Guru menjelaskan tentang jenis-jenis uang dan penggunaannya.
§  Siswa dibagi menjadi 3 kelompok.
§  Siswa diajak ke warung di sekolah untuk mengamati proses jual beli.
§  Setiap kelompok diminta mencatat alat pembayaran apa yang digunakan, jenis uang yang digunakan, besarnya uang yang sering digunakan.
§  Setelah kembali ke kelas setiap kelompok diminta mendiskusikan hasil pengamatannya dan bagaimana proses jual beli itu seandainya tidak ada alat pembayaran yang sah atau uang.
§  Siswa secara individu mengerjakan soal evaluasi.
Selama proses pembelajaran peneliti diamati oleh teman sejawat (pengamat) yang bertugas untuk mencatat kelemahan dan kelebihan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran serta penyebabnya.
c.       Pengamatan
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan
dibantu oleh teman sejawat (pengamat) dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan wawancara dengan siswa, hasil dari tugas siswa dan pengamatan sendiri pada saat mengajar. Sedangkan pengumpulan data oleh pengamat dengan cara melakukan pengamatan selama proses pengamatan.
            Sumber data dari wawancara dengan siswa kelas III SDN Sumberagung 03 dan dari hasil tugas siswa serta pengamatan pada saat pembelajaran digunakan untuk mengukur pemahaman dan keberhasilan siswa dalam belajar.
            Untuk menilai keaktifan siswa peneliti menggunakan angket yang diisi oleh peneliti sendiri dan menggunakan prosentase.
Untuk menilai tugas siswa peneliti menggunakan rumus :

Nilai Akhir =Jumlah skor yang diperoleh x 100%
                   Skor maksimum


Untuk menilai ketuntasan belajar yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisa kuantitatif, yaitu dengan menghitung jumlah siswa yang tuntas belajar sesuai dengan pedoman pada kurikulum. Prestasi siswa dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi, untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya dengan menganalisis data hasil tes menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Tujuannya untuk mengetahui daya serap siswa, di mana siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor 65% dan daya serap klasikal 85% siswa di kelas tersebut telah mencapai daya serap 65%. (Depdikbud, 1994)
2.      Siklus II
a.      Perencanaan
Pada dasarnya sama dengan siklus I tetapi dalam
pembuatan Rencana Perbaikan Pembelajaran lebih dimatangkan lagi dengan menambahkan media yang digunakan untuk pembelajaran. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap cara mengelola uang dengan baik.
b.      Pelaksanaan
 Selama pelaksanaan peneliti mengacu pada Rencana
perbaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Prosedur penelitian meliputi kegiatan sebelum pelaksanaan PTK berupa refleksi awal (refleksi dari siklus I) dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK.
Prosedur Penelitian
#. Sebelum Pelaksanaan PTK
§  Refleksi Awal
Berdasarkan refleksi dari pelajaran sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut :
o   Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
o   Siswa terlihat canggung dalam memperagakan jual beli.
o   Prestasi belajar kurang memuaskan masih banyak yang tidak mencapai ketuntasan.
§  Observasi
Kegiatan ini dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada siswa kelas III SDN Sumberagung 03 sebelum dilaksanakan PTK  yang berkaitan dengan pembelajaran IPS tentang jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
                        #. Pelaksanaan PTK
§  Guru memberikan penjelasan tentang cara mengelola uang dengan baik.
§  Guru dan siswa bertanya jawab tentang cara pengiriman uang dan manfaat menabung.
§  Siswa dibagi menjadi :
v  3 orang siswa praktek menjadi pegawai Bank.
v  3 orang siswa praktek menjadi pegawai pos.
v  7 orang menjadi nasabah dan pengirim uang lewat pos.
§  Siswa dibimbing untuk memperagakan cara pengiriman uang lewat kantor pos dan cara menabung serta prosedur mengambil uang di Bank.
§  Sambil mengamati proses peragaan oleh siswa guru menerangkan.
§  Siswa mengerjakan tugas.
Selama proses pembelajaran peneliti di amati oleh teman sejawat (pengamat) yang bertugas untuk mencatat kelemahan dan kelebihan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan kejadian – kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran serta penyebabnya.
c.       Pengamatan  
Secara    keseluruhan   tehnik     dan    metode
Pengumpulan data pada siklus II ini sama dengan siklus I  
Untuk menilai tugas siswa peneliti tetap menggunakan rumus :

Nilai Akhir =Jumlah skor yang diperoleh x 100%
                   Skor maksimum


Untuk menilai ketuntasan belajar yang akan dipakai dalam penelitian ini tetap sama dengan siklus I yaitu teknik analisa kuantitatif, artinya dengan menghitung jumlah siswa yang tuntas belajar sesuai dengan pedoman pada kurikulum. Prestasi siswa dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi, untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya dengan menganalisis hasil tes menggunkan kriteria ketuntasan belajar. Tujuannya untuk mengetahui daya serap siswa, di mana siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor 65% dan daya serap klasikal 85% siswa di kelas tersebut telah mencapai daya serap 65%. (Depdikbud, 1994)
d.      Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan oleh teman sejawat
dengan menggunakan pembelajaranberdasarkan pendekatan kontekstual (CTL) ditemukan beberapa kelebihannya yaitu:
o   Selama pembelajaran siswa aktif hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
o   Motifasi belajar siswa meningkat.
o   Siswa lebih memahami materi yang diajarkan.
o   Prestasi belajar siswa meningkat halini dapat dilihat pada tabel 5.
o   Siswa dapat menerapkan teori / pengetahuan yang didapat di sekolah dengan kenyataan sehari-hari.
o   Siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir.
o   Mendorong siswa bekerja sama dalam penyelesaian masalah.
            Sedangkan Kelemahannya adalah:
o   Selama proses pembelajaran siswa ramai
o   Selama prosees pembelajaran terkesan guru tidak dapat menguasai kelas.

Kelebihan dari peneliti dalam merancang dan melakukan sesuatu tindakan perbaikan pembelajaran :
§  Mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
§  Pelaksanaan pembelajaran terasa menyenangkan.
§  Siswa aktif dalam pembelajaran.

Kelemahan dari peneliti dalam merancang dan melakukan suatu tindakan perbaikan pembelajaran :
§  Siswa ramai pada saat pembelajaran.
§  Guru terkesan tidak dapat menguasai kelas.







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. DESKRIPSI PER SIKLUS
1.      SIKLUS I
Peneliti pada siklus I melakukan penyusunan Rencana
Pembelajaran (RPP I) dengan pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dianggap mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
      Dalam pelaksanaan penelitian peneliti mengacu pada rencana perbaikan pembelajaraan yang telah dipersiapkan. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi kegiatan sebelum pelaksanaan PTK berupa refleksi awal ( refleksi dari pelajaran sebelumnya ) dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK. Selama proses pembelajaran peneliti diamati oleh teman sejawat (pengamat) yang bertugas untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran dan penyebabnya.
Tabel : 1   Analisis hasil tes sebelum siklus I
No
Nama
L/P
Hasil
Ketuntasan
1
Inhama Ilhama
P
65
70
2
Abdur Rohman
L
65
70
3
Alfina Okta Damayanti
P
75
70
4
Vara Dila Kosim
P
50
70
5
M. Ababillah
L
55
70
6
Amanda Sri Ekawati
P
60
70
7
Wahyu Hemalia Putri
P
75
70
8
Fara Dila Dia Rahmadani
P
50
70
9
Ryan Roynaldi
L
75
70
10
Rio ardiansyah
L
75
70
11
Faiqotul Azizah
P
75
70
12
Bayu Wicaksono
L
80
70
13
Fahmi
L
80
70

                Nilai akhir = Jumlah skor yang diperolehx 100%
                                                Skor Maksimum

      Setelah siklus I dilaksanakan dari pengamatan teman sejawat ditemukan aktifitas siswa yang bervariasi di dalam kelas. Ada yang benar-benar mengikuti dengan aktif, ada yang mengantuk, mengobrol, bermain-main ataupun mengganggu temannya. Kurang aktifnya siswa ini terlihat terutama pada waktu diskusi.

Tabel : 2  Analisis Hasil Pengamatan diskusi pada Siklus I
no
Nama
Ketepatan
Keaktifan
Kerja sama
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
1
Inhama Ilhama

v


v



v



2
Abdur Rohman
v




v



v


3
Alfina Okta D

v


v




v


4
Vara Dila Kosim


v



v


v


5
M Ababillah


v



v


v


6
Amanda Sri E W

v



v


v



7
Wahyu hemalia P

v




v



v

8
Fara Dila Dia R


v


v




v

9
Ryan roynaldi

v


v




v


10
Roi ardiansyah
v




v



v


11
Faiqotul azizah


v

v





v

12
Bayu wicaksono
v




v



v


13
Fahmi

v




v




v
Ket : A = sangat, B = Sedang, C = Kurang, D = Tidak
Berdasarkan pengamatan diskusi dalam siklus I dapat diperoleh data bahwa siswa yang aktif hanya 4 orang diantara 13 siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang aktif dalam diskusi hanya 31 %, dan dalam bidang kerja sama siswa masih kurang dengan dibuktikan yang kerja samanya sangat tinggi cuma 2 siswa diantara 13 siswa  ini bila diprosentase hanya 15%, dan dalam ketepatan mengerjakan tugas hanya 3 siswa, yang mana  diprosentasenya sekitar 23%. Selesai membacakan hasil diskusi dilakukan tes guna mengetahui hasil belajar / prestasi siswa.

Tabel : 3   Analisis hasil Tes siklus I
No
Nama
L/P
Hasil
Ketuntasan
1
Inhama Ilhama
P
65
70
2
Abdur Rohman
L
75
70
3
Alfina Okta Damayanti
P
75
70
4
Vara Dila Kosim
P
50
70
5
M. Ababillah
L
55
70
6
Amanda Sri Ekawati
P
80
70
7
Wahyu Hemalia Putri
P
75
70
8
Fara Dila Dia Rahmadani
P
50
70
9
Ryan Roynaldi
L
65
70
10
Rio ardiansyah
L
75
70
11
Faiqotul Azizah
P
75
70
12
Bayu Wicaksono
L
80
70
13
Fahmi
L
80
70

                Nilai akhir = Jumlah skor yang diperolehx 100%
                                                Skor Maksimum
           






 Tabel : 4  Rekapitulasi data hasil belajar siswa pada siklus I
Jumlah Siswa
Tes 1 (sebelum Siklus I)
Daya serap
Tes 2 (siklus I)
Daya serap
% Kenaikan
<70
>70
<70
>70

13
6
7
53 %
5
8
62 %
9%

           
Tabel 4 tes 1 menunjukkan adanya kurang pahamnya siswa terhadap materi yang dipelajari, sehingga diperoleh daya serap yang rendah yaitu 53 %. Namun pada tes 2 mencapai daya serap 62% yang berarti pemahaman / prestasi siswa agak meningkat walau sedikit yaitu 9%. Ditinjau dari nilai yang diperoleh siswa, berarti pembelajaran di kelas tersebut belum tuntas, sebab kelas dikatakan tuntas belajar bila terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap > 70.
Berdasarkan refleksi dari peneliti setelah pelajaran selesai, maka
dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut :
·         Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
·         Siswa kurang aktif dalam melaksanakan diskusi..
·         Prestasi belajar kurang memuaskan masih banyak yang tidak mencapai ketuntasan.
           
Terhadap hasil yang diperoleh, tim peneliti berkolaborasi mengadakan diskusi untuk membahas dan mengkaji hal-hal yang dirasakan kurang pada pelaksanaan tindakan siklus I, dalam diskusi memutuskan untuk membuat rancangan tindakan-tindakan siklus II dengan menambahkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

2.      SIKLUS II
Pada dasarnya sama dengan siklus I tetapi dalam pembuatannya Rencana Perbaikan Pembelajaran lebih dimatangkan lagi dengan menambahkan penggunaan media yang digunakan untuk pembelajaran.
Selama pelaksanaan penelitian peneliti mengacu pada rencana perbaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Prosedur penelitian meliputi kegiatan sebelum pelaksanaan PTK berupa refleksi awal (refleksi dari pelajaran dari siklus I)
dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK.

Tabel  : 5   Hasil Pengamatan kegiatan demontrasi (pembelajaran CTL) siklus II
no
Nama
Ketepatan
Keaktifan
Kerja sama
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
1
Inhama Ilhama
v



v



v



2
Abdur Rohman
v



v




v


3
Alfina Okta D

v


v



v



4
Vara Dila Kosim
v




v


v



5
M Ababillah
v



v




v


6
Amanda Sri E W
v



v



v



7
Wahyu hemalia P
v



v



v



8
Fara Dila Dia R

v


v




v


9
Ryan roynaldi
v



v



v



10
Roi ardiansyah
v



v



v



11
Faiqotul azizah

v


v




v


12
Bayu wicaksono
v




v


v



13
Fahmi
v



v



v



Ket : A = sangat, B = Sedang, C = Kurang, D = Tidak
           
            Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa siswa yang aktif pada siklus II sebanyak 11 siswa diantara 13 siswa, dengan prosentase sebesar 85 %, hal ini ada peningkatan sebesar 54 % dibanding pada siklus I. Dalam hal kerjasama juga ada peningkatan hal ini siswa yang kerjasamanya tinggi ada 9 siswa bila diprosentase sebesar  69 % juga ketepatan dalam mengerjakan tugas ada kenaikan ini ditunjukkan pada data di atas dengan 10 siswa dengan prosentase sebesar 77%.
     Setelah siklus II dilaksanakan dari pengamatan teman sejawat diperoleh hasil bahwa dengan metode pembelajaran CTL :
·         Mampu meningkatkan keaktifan siswa.
·         Mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
·         Pelaksanaan pembelajaran terasa menyenangkan.
Berdasarkan refleksi dari peneliti setelah pelajaran selesai maka
            Dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut :
o   Selama proses pembelajaran siswa aktif.
o   Keaktifan  belajar siswa meningkat.
o   Siswa lebih memahami materi belajar siswa yang diajarkan.
o   Prestasi belajar siswa meningkat.
o   Siswa dapat menerapkan teori / pengetahuan yang didapat di sekolah dengan kenyataan sehari-hari.
o   Siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir.
o   Mendorong siswa bekerja sama dalam penyelesaian masalah.

Tabel  : 6  Analisis hasil tes siklus II
No
Nama
L/P
Hasil
Ketuntasan
1
Inhama Ilhama
P
75
70
2
Abdur Rohman
L
80
70
3
Alfina Okta damayanti
P
65
70
4
Vara Dila Kosim
P
75
70
5
M. Ababillah
L
80
70
6
Amanda sri Ekawati
P
80
70
7
Wahyu Hemalia Putri
P
60
70
8
Fara Dila Dia Rahmadani
P
75
70
9
Ryan Roinaldi
L
75
70
10
Rio ardiansyah
L
80
70
11
Faiqotul Azizah
P
85
70
12
Bayu Wicaksono
L
85
70
13
Fahmi
L
80
70

Nilai akhir = Jumlah skor yang diperolehx 100%
                                                Skor Maksimum
                       
Tabel 7 : Rekapitulasi data hasil belajar pada siklus 2
Jumlah siswa
Tes 2 (siklus II)
Daya serap
Tes 3 (siklus2)
Daya serap
Prosentase
<70
>70
<70
>70
13
5
8
62%
2
11
85%
23%
                       
Dari data di atas tampak terjadi peningkatan hasil belajar / prestasi siswa, pada tes 2 jumlah siswa yang mendapat nilai <70 ada 5 anak dan yang >70 ada 8 anak , ini berarti jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dibandingkan tes 1 (sebelum siklus). Sedangkan pada tes 3 siswa yang mendapat nilai >70 lebih meningkat lagi dibanding tes 2, dengan daya serap 85% ini berarti ada perubahan / peningkatan setelah dilakukan tindakan, yaitu 23%. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa secara perorangan telah dicapai oleh 11 siswa, dengan prosentase jumlah siswa yang telah tuntas belajar mencapai 85%. Dari data pada siklus II ini sebenarnya masih kurang sempurna, namun karena keterbatasan waktu yang tersedia  sehingga tim peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan waktu yang ada.

  1. PEMBAHASAN PER SIKLUS
1.      Hasil Penelitian siklus 1
Pada siklus pertama ini sebelum dilakukan proses belajar
Mengajar guru memberikan pendahuluan kurang lebih 10 menit tentang penggunaan uang dilanjutkan guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, siswa diajak mengamati proses jual beli yang terjadi di kantin sekolah. Kemudian kembali ke kelas untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari masing-masing kelompok. Setelah selesai siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru.

Tabel 8 : Hasil pengamatan selama proses belajar mengajar siklus I
No
Kegiatan
Jumlah Kelompok
Yang melaksanakan
Keterangan
1
Melaksanakan pengamatan
3
3

2
Mendiskusikan hasil pengamatan
3
2

3
Mencatat hasil diskusi
3
2

4
Membacakan hasil diskusi
3
2

5
Siswa yang tidak memperhatikan jalannya diskusi


2 orang pada kelompok 2
6
Siswa mengerajakan soal evaluasi
13
13
Dikerjakan secara individu

Dari tabel di atas dapat dianalisis bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual belum berhasil, hal ini terlihat dengan banyaknya kelompok yang belum melaksanakan diskusi hasil pengamatan dengan baik. Kurang aktifnya siswa ini terlihat terutama pada waktu diskusi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
o   Siswa baru mengenal pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
o   Siswa menganggap remeh materi yang diajarkan.
Tetapi pada waktu mengerjakan tugas semua siswa aktif dan antusias sekali dalam mengerjakan, hal ini dapat dilihat bahwa semua siswa mengerjakan soal evaluasi walaupun pada pelaksanaannya tidak semua kelompok mencatat hasil pengamatan namun daya ingat siswa cukup baik dalam hal ini dapat dilihat dari hasil tes evaluasi. Setelah melakukan pengamatan, diskusi dan penjelasan dari guru siswa paham bahwa kegunaan uang itu sangat pnting dan mutlak bagi kehidupan manusia sehari-hari.
Tabel  :  4  Rekapitasi hasil belajar pada siklus I
Jumlah Siswa
Tes 1(sebelun siklusI
Daya Serap
Tes 2(Siklus I)
Daya Serap
% Kenaikan
<70
>70
<70
>70
13
6
7
53%
5
8
62%
9%

Selama proses belajar mengajar pada siklus II dilakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang belum optimal pada siklus I, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
o   Pada waktu peragaan hampir semua siswa antusias dan aktif melaksanakannya, suasana kelas makin hidup.
o   Siswa mengetahui cara mengirim uang dan cara menabung serta cara pengambilan tabungan.
o   Siswa mengetahui manfaat mengelola uang dengan baik.

Tabel 7 : Rekapitilasi data hasil belajar pada siklus 2
Jumlah Siswa
Tes 2 (Silus I)
Daya Serap
Tes 3 (Siklus II)
Daya Serap
Kenaikan
<70
>70
<70
>70
13
5
8
62%
2
11
85%
23%

Dari data di atas tampak terjadi peningkatan hasil belajar / prestasi siswa, pada tes 2 jumlah siswa yang mendapat nilai <70 ada 5 siswa dan yang mendapat nilai >70 ada 8 siswa, ini berarti jumlah yang tuntas belajar meningkat dibandingkan tes 1 (sebelum siklus). Sedangkan pada tes 3 siswa yang mendapat nilai >70 lebih meningkat lagi disbanding tes 2, dengan daya serap 85% ini berarti ada perubahan/ peningkatan setelah dilakukan tindakan, yaitu 23%. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa secara perorangan telah dicapai oleh 11 siswa dengan prosentase jumlah siswa yang telah tuntas belajar mencapai 85%. Dari data pada siklus II ini sebenarnya masih kurang sempurna, namun karena keterbatasan waktu yang tersedia sehingga tim peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan waktu yang ada.



























BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil pembahasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa :
1. Model Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL)   
dapat meningkatkan  keaktifan siwa dalam belajar.
2.      Model Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan kontekstual (CTL)   
mampu secara bertahap meningkatkan hasil belajar / prestasi   belajar.
Walaupun demikian kami juga mencoba menganalisis bagaimana siswa mengaitkan materi pelajaran dengan kegiatan sehari-hari dan dapat menemukan sendiri ilmu pengetahuannya.
Hasil analisis kami mununjukkan bahwa :
1.      Model Pembelajaran berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dapat melatih siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kegiatan sehari-hari.
2.      Model Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (CTL) dapat melatih siawa untuk menemukan sendiri ilmu pengetahuannya bukan dari apa kata guru.
B.SARAN-SARAN
1. Sebagai guru hendaknya mencoba melaksanakan PTK, karena       
dengan PTK guru dapat merefleksi diri atas pekerjaannya di kelas, keberhasilan dan kegagalan serta mencari alternative pemecahan masalah baik secara sendii maupun secara kolaborasi.
3.      Penyajian materi pelajaran hendaknya diberikan secara bervariasi (menggunakan macam-macam model pembelajaran). Sehingga siswa lebih tertantang untuk belajar lebig baik.
4.      CTL merupakan salah satu strategis pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual yang penerapan pembelajaran ini diharapkan akan dapat member kontribusi yang sangat signifikan dalam rangka mendongkrak mutu pendidikan secara optimal. Oleh karena itu hendaknya gurui bias mencoba macam strategi pembelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
BI. Gambar uang Indonesia.   http://www.bi.go.id/web/id/Sistem+Pembayaran/Instrumen+            +Tunai/Gambar+Uang/ diakses selasa 6 April 2010


Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar.  GBPP IPS SD. Jakarta.

Doantara Yasa. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and      Learning (CTL).  http://ipotes.wordpress.com/2008/05/13/pendekatan-            kontekstual-atau-contextual-teaching-and-learning-ctl/  diakses            minggu 4 April 2010

Sunarso. 1999. IPS 3. Jakarta : Penerbit pusat Perbukuan Departemen         Pendidikan Nasional.


Tim Bina Karya Guru. 2000. IPS 3. Jakarta : Penerbit Erlangga

Tim Bina Karya Guru . 2007.  IPS Terpadu 3. Jakarta : Penerbit Erlangga










Tidak ada komentar:

Posting Komentar