Kamis, 11 November 2010

PTK MATEMATIKA KELAS III


BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
            Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain berbagai pelatihan dan peningkatan kwalitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, dan peningkatan mutu menejemen sekolah. Demikian pula pemerintah sudah berusaha keras untuk mewujudkan pendidikan pendidikan yang berkwalitas dengan memberi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) baik secara regular maupun khusus yaitu berupa bos buku. Namun demikian, berbagai indikator belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
            Atas dasar tersebut peneliti menawarkan perubahan proses pembelajaran yang monoton ceramah saja sebagaimana paradigm lama untuk beralih menuju paradigma baru menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selanjutnya disebut CTL. Menurut John Dewey (1916) siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui dan proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran harus didukung dengan situasi dan kondisi yang menyenangkan serta secara aktif anak terlibat dalam kegiatan di kelas, anak diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menemukan sendiri. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual membangkitkan ide-ide yang masih terpendam melalui kegiatan intropeksi.
            Sejauh ini penddidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang masih dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan kemudian ceramah pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa  mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, yakni strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)
            Pendidikan perlu ada pembaharuan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kwalitas pelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran. Secara singkat pembaharuan sangatlah perlu demi peningkatan mutu dan kwalitas pendidikan. Kwalitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa.
            Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan, kepekaan terhadap perubahan dan apabila kita tidak mengikuti akan jauh ketinggalan, oleh sebab itu proses pengajaran yang monoton kurang diminati peserta didik yang mengakibatkan menurunnya kwalitas pendidikan. Terkait dengan hal tersebut pembaharuan sangatlah perlu untuk dilakukan, dalam proses kegiatan belajar mengajar dituntut untuk yang efektif, produktif, inovatif dan menghasilkan yang berkwalitas dan bermutu tinggi.
            Disadari atau tidak, bahwa para guru menyampaikan pengajaran perlu peningkatan dan pembaharuan, meninggalkan paradigma lama menuju paradigm baru untuk memberdayakan siswa secara aktif dan kreatif. Salah satu diantaranya adalah dengan proses pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning).
            Jadi pokok permasalahannya adalah pembaharuan proses belajar mengajar, yang selama ini menggunakan metode ceramah menjadi satu-satunya pilihan diubah dengan menggunakan multi metode, agar siswa dapat aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Dan guru bukan satu-satunya sumber belajar atau sumber ilmu tetapi guru adalah sebagai fasilitator dalam mencapai kompetensi dasar dengan demikian siswa diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam mengembangkan potensi dan kreatifitasnya.
  1. RUMUSAN MASALAH
            Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan minat  belajar siswa kelas III  SDN Sumberagung 03 Kecamatan Sumbermanjing terhadap pelajaran matematika tentang keliling dan luas persegipanjang?
2.      Bagaimana model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan   prestasi belajar siswa kelas III SDN Sumberagug 03 Kecamatan Sumbermanjing Kabupaten Malang terhadap pelajaran Matematika tentang keliling dan luas persegipanjang?
  1. TUJUAN PERBAIKAN
             Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini bertujuan untuk :
1.      Untuk mengetahui model pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas III di SDN Sumberagung 03 Kecamatan sumbermanjing Kabupaten Malang terhadap pelajaran matematika.
2.      Untuk mengetahui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi siswa kelas III SDN Sumberagung 03 Kecamatan Sumbermanjing   Kabupaten Malang terhadap pelajaran Matematika.


  1. MANFAAT PERBAIKAN
            Perbaikan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.      Bagi siswa
a.       Memberikan motivasi  dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan prestasi belajar.
b.      Dapat mengembangkan kreatifitas secara bebas untuk meningkatkan prestasinya dengan belajar melalui pengalaman dan pengetahuan secara nyata.
c.       Mendapat sajian pelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar .
d.      Dapat mengembangkan diri dengan mengalami dan menemukan sendiri semua alternatif jawaban serta memupuk rasa percaya diri.
  1. DEFINISI OPERASIONAL
1.      MINAT
      Minat adalah dorongan diri dalam hati sanubari untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu keinginan, biasanya melalui bertanya, membaca, melakukan penelitian atau percobaan, oleh karena itu minat belajar siswa itu tumbuh dan berkembang apabila situasi, kondisi mendukung, prasarana memadai dan yang tidak kalah petingnya model pembelajarannya yang menarik dan menyenangkan.
2.      PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
      Pembelajaran Kontekstual adalah suatu pendekatan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
3.      PRESTASI
      Menurut kamus besar Bahasa Indoneesia (2005:895) Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan. Jadi prestasi belajar adalah  hasil secara maksimal yang dicapai oleh siswa dengan tekun dan sungguh-sungguh. Prestasi belajar siswa ini terwujud dengan nilai yang diberikan oleh guru atau berupa piagam penghargaan apa yang telah dicapai dengan baik. Untuk mengukur prestasi  di sini diadakan tes yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Prestasi dikatakan meningkat apabila tes pada siklus II lebih bagus dibandingkan dengan siklus I.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.     HAKEKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
           Pembelajaran Kontekstual dikembangkan untuk meningkatkan kinerja kelas yang “hidup” diharapkan menghasilkan output yang bermutu tinggi, menurut John Deway 1916, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Ini semua sejalan dengan pokok pandangan progresivisme John Dewey yang antara lain adalah :
1.      Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkontruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru.
2.      Anak harus bebas agar berkembang dengan wajar.
3.      Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangasang belajar.
4.      Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5.      Harus ada kerjasama antara sekolah dan masyarakat.
6.      Sekolah progesif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen.
         Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan strategi “baru” yang lebih memberdayakan siswa, sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa  menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi  yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
         Pola pembelajaran kontekstual sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional (tradisional) yang kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut :
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Konvensional (radisional)
1.Siswa secara aktif terlibat  dalam proses pembelajaran.
2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling menghormati.
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang disimulasikan
4. Perilaku yang dibangun dikembangkan atas dasar pemahaman.
5. Ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
6. Hadiah untuk perilaku baik.
7. Seseorang tidak melakukan yang jelek karena sadar hal itu keliru dan merugikan.
8. Bahasa sebagai alat komunikatif dipergunakan dalam konteks nyata.
9. Rumus dikembangkan atas dasar schemata yang sudah ada pada diri siswa
1. siswa menerima respon secara pasif
2. secara belajar secara individual.
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku atas dasar kebiasaan.
5. Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan.
6. Hadiah untuk perilaku baik atas dasar latihan.
7. Seseorang tidak melakukan yang jelek.
8. Bahasa sebagai pendekatan structural, rumus dilatihkan (drill)
9. rumus harus dihafalkan dan dilatihkan pada siswa.

Sumber : Depdikbud ; 2002

B.     PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
           Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, teknik dan dalam lingkungan tertentu. Agar dalam menyampaikan tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prinsip desain pesan pembelajaran. Prinsip itu antara lain kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, partisipasi aktif siswa perulangan dan umpan balik.
a.       Kesiapan dan Motivasi
     Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap di sini bermakna siap pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.
     Selanjutnya motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa berasal dari dalam maupun luar diri siswa. Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan hukuman (reword and punishment).


b.      Penggunaan Alat Pemusat Perhatian
     Jika dalam menyampaikan pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental terhadap suatu objek memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar.
     Semakin memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu perlu digunakan berbagai alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali utama adalah media.
     Agar pelaksanaan pembelajaran kontekstual dalam hal merencanakan, mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
a.       Menekankan pada pemecahan masalah / problem. Pengajaran diawali dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman sekolah dan masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong untuk berfikir kritis dan sistimatis untuk menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.
b.      Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi di berbagai konteks, seperti rumah dan masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh siswa yang tidak lepas darimana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuan semakin bertambah jika mereka mempelajari dari lingkungan yang bervariasi.
c.       Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang mandiri (Self regulated-learneds) dengan cara memperkenankan siswa selalu melakuka uji coba (trial and error), sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan manfaatnya.
d.      Memahamikeragaman konteks hidup siswa dan dapat memfaatkanya sebagai daya pendorong sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerjasama dan aktifitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa sehingga dapat membangun ketrampilan interpersonal yaitu berfikir melalui komunikasi dengan orang lain.
e.       Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerjasama dalam belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.

C.     EVALUASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
           Untuk menentukan apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian pembelajaran kontekstual yang dapat membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan / memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam dan di luar sekolah.
D.    PRESTASI
           Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata (out come)  yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan dan out come materi pelajaran muncul ragam strategi  penilaian yang dapat mengukur prestasi dan pengetahuan proses di dalam aktifitas pembelajaran (konteks autentik) salah satu prinsip penilaian pada pembelajaran kontekstual adalah tidak hanya menilai apa yang diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan penilaian autentik (Authentic Assessment).
           Strategi penilaian yang dapat dikatagorikan pada penilaian autentik adalah penilaian kinerja (Performance Assessment), observasi sistematik, dan fortofolio (Depdikbud, 2002:25). Penilain kinerja digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks tertentu. Observasi sistematik digunakan untuk mengetahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Kontekstual merupakan kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat dan keberhasilan siswa selama jangka waktu tertentu yang wujudnya dapat berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi autentik yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi.
E.     MINAT
           Keberhasilan dalam proses belajar siswa perlu adanya motivasi atau stimulus yang dapat memacu potensi peserta didik, dan mengembangkan sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal itu penting karena guru memiliki andil yang sangat besar dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara optimal. Mengapa demikian? Karena manusia adalah makhluk yang lemah dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan bantuan orang lain, sejak dilahirkan, bahkan sampai meninggal. Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain (moslow : 1970)
           Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitannya dengan ini demikia juga minat siswa dapat tumbuh dan berkembang jika terdapat stimulus atau dorongan baik yang datangnya dari dalam diri sendiri atau dari luar (orang lain). Sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi perkembangan anak bahwa minat belajar siswa itu dapat dikembangkan dengan berbagai tahapan atau cara diantaranya adalh sebagai berikut :
1.      Memberi kebebasan anak untuk dapat memilih dan menentukan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan awal yang dimiliki.
2.      Menciptakan situasi dan suasana yang kondusif artinya pelayanan dalam pembelajaran guru dapat melakukan secara individual utamanya bagi siswa yang lambat belajarnya untuk membangkitkan nafsu dan semangat belajar, sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah.
3.      Mengembangkan organisasi sekolah yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan bahan pembelajaran yang mnarik dan menantang bagi peserta didik serta pengelolaan kelas yang efektif dan efisien.
4.      Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antar peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran yang lain. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa takut sanksi atau dipermalukan.
5.      Menggembangkan proses pembelajaran yang bertanggung jawab antara peserta didik dengan semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga guru bertindak sebagai fasilitator yakni memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar.
6.      Mengembangkan system evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri (self Evaluation) dalam hal ini inisiatif guru sebagai fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilaluinya.
      Dengan pelayanan yang demikian, diharapkan akan tercipta iklim belajar yang aman, tenang dan menyenangkan (Joyfull Teaching and Learning) yang mampu menumbuhkan minat, semangat, gairah dan nafsu belajar siswa yang pada gilirannya nanti dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Semua itu merupakan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran yang harus mewarnai keterampilan berfikir (thingking skill) dan kemampuan mengajar (teaching skill) guru.
     


BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A.    SUBYEK PENELITIAN
         Penelitian dilaksanakan pada SDN sumberagung 03 Kecamatan Sumbermanjing Kabupaten Malang pada kelas III Semester II tahun pelajaran 2009-2010. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas III sebanyak 18 siswa, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2010.
         Model penelitian yang dipilih adalah model yang seperti dikemukaka seorang ahli Kemmis dan Mc Tanggart dari Deakin University Australia (Departemen Pendidikan Nasional 2004), model ini meliputi empat komponen penting yang harus dilalui dalam penelitian antara lain: (1) Rencana, (2) Tindakan, (3) Observasi dan (4) Refleksi. Dan keempat komponen tersebut di atas, sebagai tahapan dalam penelitian membentuk suatu siklus diawali dengan siklus I dan II untuk mencapai hasil yang diinginkan. Siklus II misalnya terdiri dari : rencana, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sedangkan hasil refleksi siklus II dibuat perencanaan ulang, kemudian dilaksanakan , observasi dan refleksi.

B.     DESKRIPSI PERSIKLUS
1.      Rancangan Siklus I
a.       Refleksi Awal
         Dalam tahapan ini peneliti mengidentifikasi permasalahan dan menganalisa masalah dalam pembelajaran matematika pada aspek minat dan prestasi belajar kelas III pada semester II tahun pelajaran 2009-2010 di SDN Sumberagung 03 Kecamatan Sumbermanjing Kabupaten Malang yang dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2010.
b.      Menyusun Rencana Tindakan
o   Menentukan pokok bahasan yang akan dipelajari, yaitu mencari keliling dan luas bangun persegi panjang.
o   Membuat persiapan mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Menetapkan materi pelajaran yang akan diajarkan dari GBPP dan buku paket matematika kelas III atau buku penunjang lainnya yang relevan.
-          Menyusun tujuan pembelajaran yang disesuaikan     dengan materi yang akan diajarkan berdasarkan    GBPP dan buku ajar.
-       Merumuskan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terdiri dari: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup).
-       Menentukan media dan alat pembelajaran yang akan digunakan yaitu bangun persegi panjang, bangun datar berbentuk persegi.
-       Membuat lembar kerja siswa dan menyusun alat evaluasi berupa lembar soal sejumlah siswa kelas III.
-       Peneliti menyiapkan alat pengumpul data berupa: (a) Lembar pengamatan, (b) Catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran, (c) Instrumen evaluasi dan (d) pedoman wawancara.
-          Peneliti menyusun rencana pengelolaan data baik kwalitatif maupun kwantitatif.
c.       Pelaksanaan Tindakan
         Penulis sebagai guru kelas III berkolaborasi dengan teman-teman sejawat melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana yang telah tertuang dalam satuan pelajaran. Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang proses pelaksanaannya telah diatur sebagai berikut :
1.      Pendahuluan (Kegiatan awal) / Apersepsi
o   Melalui tanya jawab, siswa diajak   mengamati bangun persegi panjang  yang ada di sekitar kelas misalnya :   meja,   buku, papan tulis dan sebagainya yang sekaligus juga dapat dipakai sebagai alat peraga.
o   Selanjutnya guru memberikan penjelaskan secara  singkat tata cara pengerjaan LKS (Lembar Kerja siswa)
2.      Kegiatan Inti
o   Guru Menjelaskan secara singkat tentang penggunaan rumus keliling.
o   Secara kelompok siswa mengerjakan LKS yang telah dipersiapkan sebelumnya.
o   Siswa diberi keleluasaan untuk mendiskusikan jawaban pada LKS, guru sebagai fasilitator membimbing agar anak  dapat menemukan sendiri atas jawaban pada LKS tanpa diberitahu oleh guru.
o   Melalui juru bicara kelompok masing-masing siswa melaporkan hasil diskusi kelompok, kemudian guru beserta siswa mendiskusikan secra klasikal.
o   Kegiatan selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan menanyakan baik secara kelompok atau individu terhadap hal-hal yang sekiranya kurang jelas.
o   Siswa mengerjakan  soal sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran.
3.      Kegiatan Penutup.
o   Siswa bersama guru diajak untuk membuat kesimpulan-kesimpulan.
o   Sebagai tindak lanjut siswa diberi tugas rumah.
d.      Pengamatan
         Pengumpulan data pada penelitian     tindakan kelas ini dilakukan dengan mengamati pada proses pembelajaran yang meliputi : segala aktifitas siswa, wawancara dan analisis dokumen. Guru dalam hal ini sebagai peneliti dibantu teman sejawat, mengamati proses    pembelajaran yang sedang berlangsung dengan mencatat data-data yang muncul, kemudian mentranskrisikan, sedangkan analiasa dokumen melalui hasil pekerjaan rumah, wawancara         dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dapat meningkatkan minat         belajar siswa, dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
e.       Refleksi
         Refleksi dilakukan peneliti dibantu teman sejawat dalam kegiatan tersendiri. Hasil dari refleksi yang merupakan temuan permasalahan yang muncul dilapangan selama proses pembelajaran berlangsung, dicaatat sebagai dasar untuk membuat rancangan ulang pada siklus II.
1.      Rancangan siklus II
a.       Rancangan Tindakan.
         Berdasarkan refleksi siklus I, penulis melakukan rancangan ulang untuk siklus II, sebagai berikut :
o   Bahan yang dibahas pada siklus II ini seperti pada siklus I yakni mencari luas dan keliling persegi panjang dengan menggunakan rumus.
o   Menyusun rencana pembelajaran dengan langkah-langkah berikut:
-          Menentukan materi (mencari luas dan keliling persegi panjang dengan menggunakan rumus)
-          Menyusun tujuan sesuai dengan GBPP dan materi yang terpilih
o   Merumuskan kegiatan belajar mengajar
-          Kegiatan Pendahuluan (awal)
-          Kegiatan inti
-          Kegiatan akhir
o   Menentukan media dan alat pembelajaran berupa bangun persegi           panjang.
o   Menyusun alat penilaian berupa lembar    soal ulangan formatif sejumlah siswa.
o   Peneliti menyusun instrument pengumpulan data berupa lembar       pengamatan, catatan lapangan, dan    instrument penilaian.
o   Peneliti menyusun pengolahan data baik kwalitatif maupun kwantitatif.
b.      Pelaksanaan Tindakan
         Penulis yang dalam hal ini sebagai guru kelas III berkolaborasi dengan teman sejawat melakukan proses pembelajaran sebagaimana telah tercantum dalam rencana pembelajaran yang telah direncanakan dengan sebagai berikut:
1.      Kegiatan awal
ü  Siswa diajak menengok pelajaran yang lalu sebagai apersepsi.
ü  Selanjutnya disuruh menunjukkan bangun persegi panjang yang ada di kelas.
ü  Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran.
2.      Kegiatan inti
ü  Guru menjelaskan secara singkat tentang penggunaan rumus luas keliling bangun persegi panjang.
ü  Siswa secara kelompok (4 kelompok) diskusi menyelesaikan lembar kerja siswa, dan guru sebagai fasilitator agar siswa dapat menemukan jawaban dengan sendirinya tanpa dibantu.
ü  Siswa melaporkan hasil kerja kelompok, guru bersama siswa mendiskusikan secara klasikal, dalam diskusi senantiasa siswa dapat mengkritisi jawaban teman, agar diskusi menjadi hidup semarak dan menyenangkan.
ü  Guru berusaha memberikan kesabaran kepada siswa yang ingin menyampaikan pendapat atau bertanya, baik secara individu maupun secara kelompok.
ü  Siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan membetulkan jawaban-jawaban yang kurang tepat.
ü  Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa disuruh mengerjakan soal ulangan formatif yang kedua.
3.      Kegiatan akhir
ü  Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pelajaran
ü  Sebagai tindak lanjut siswa diberikan pekerjaan rumah secara mandiri.
Ø  PENGAMATAN
§  Pengamatan dilakukan peneliti dengan teman sejawat, mengamati segala aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mencatat hal-hal yang muncul dan mendiskusikan dengan teman sejawat untuk ditranskripsikan. Wawancara dengan siswa tetap dilakukan untuk mendapatkan masukan bagaimana proses pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan minat belajar siswa dan digemari serta siswa tidak jenuh / bosan dalam menerima pelajaran. Sedangkan analisia dokumen, peneliti hasil pengerjaan, PR, dan hasil ulangan formatif.
Ø  REFLEKSI
         Hal refleksi yang berupa temuan-temuan dan sederet permasalahan yang muncul selama prosees pembelajaran berlangsung dicatat sebagai dasar untuk memberikan kegiatan selanjutnya di lapangan.
1.      Peneliti melakukan analisa dengan pengumpulan data kembali, pemaknaan dan pemberian penjelasan kemudian ditranskripsikan.Pengumpulan data
   Data peneliti dikumpulkan melalui teknik sebagai berikut :
a.        Teknik pengamatan dan catatan lapangan
         Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran siswa, dan melalui refleksi, data dicatat berupa pemikiran, pendapat dan penafsiran peneliti yang dibantu teman sejawat.
b.      Teknik Waawancara
         Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
c.          Studi dokumen
Studi dokumen digunakan dalam penilaian LKS, PR dan ulangan formatif pada siklus I dan II untuk mengetahui keberhasilan / peningkatan hasil belajar siswa.



2.      Analisa Data
   Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa data kwalitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Menelaah data-data semua yang telah terkumpul selama penellitian berlangsung.
-          Mereduksi data yang masuk (mengklasifikasikan dan mengkatagorikan.
3.      Memferifikasi dan menyimpulkan
               Hasil analisa data dipakai untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan kegiatan di lapangan dan mengambil suatu keputusan dalam penelitian. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan dalam minat belajar, ditandai dengan rata-rata prosentase kegiatan siswa yang dianalisa mencapai 70% atau lebih.
               Peningkatan hasil belajar siswa, apabila nilai rata-rata kelas atau lebih besar dari 70% . dalam istilah lain jika hasil ulangan formatif selalu meningkat dari setiap siklusnya, yakni hasil siklus II akan lebih baik dari siklus I.







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    DESKRIPSI PERSIKLUS
1.      HASIL PENELITIAN SIKLUS I
        Sebelum proses pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru dan siswa membuat suatu kesepakatan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dengan tujuan agar kegiatan proses belajar mengajar dapat efektif, inovatif dan demokratis yang menyenangkan. Hal-hal tersebut antara lain adalah seba gai berikut:
1.      Siswa diberikan kebebasan untuk membentuk kelompok dan menentukan tempat duduk masing-masing sesuai dengan kemauan siswa, sedangkan guru mengarahka sedapat mungkin dalam suatu kelompok tidak didominasi anak-anak pandai saja melainkan tetap memperhatikan keseimbangan dalam suatu kelompok
2.      Selama proses pembelajaran berlangsung siswa juga diberikan kesempatan untuk menikmati premen, minuman atau makanan kecil yang dibawanya agar kegiatan belajar mengajar terkesan enjoy, santai tidak kelihatan tegang dan membosankan.
3.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kepada guru hal-hal yang kurang dipahami baik secara individu atau kelompok.
4.      Dalam diskusi kelompok, siswa banyak diberikan kebebasan untuk menyampaikan tanggapan, saran, bahkan diperkenankan menyampaikan kritik.
5.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya secara maksima.

a.       Minat Belajar Siswa
      Proses pembelajaran secara kontekstual  yang banyak memberikan kelonggaran terhadap siswa, memberikan angin segar bagi tumbuh dan berkembang minat belajar siswa. Dimana siswa belajar secara santai, enjoy penuh inovatif kreatif sehingga belajar bukan lagi karena dipaksa melainkan belajar merupakan suatu kwajiban dan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman.
      Berangkat dari hal tersebut di atas maka minat belajar siswa dapat tumbuh dan berkembang mana kala didukung dengan situasi belajar yang tenang, nyaman dan menyenangkan. Selanjutnya sebagai gambaran selengkapnya hasil pengamatan minat belajar siswa pada waktu mengerjakan LKS siklus I sebagai berikut:
Tabel  : 1 Minat belajar siswa pada saat mengerjakan LKS  siklus I
No
Diskripsi
Jml Siswa
Prosentase
1
2
3
4
5
Belajar dengan gairah
Belajar dengan penuh semangat
Belajar dengan tekun
Selalu ingin tahu dan bertanya
Memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
11
12
14
13
12
61%
66%
77%
72%
66%

Rata-rata

68,4%

      Berdasrkan data pada table tersebut di atas minat belajar siswa pada saat mengerjakan LKS sudah mulai tumbuh dan berkembang, meskipun masih relatif rendah, dimana ketekunan siswa dalam belajar perlu adanya peningkatan karena dalam penelitia ini 14 anak dari 18 anak belajar dengan tekun atau sama dengan 77% , sedangkan yang selalu merasa ingin tahu 72& dan memperoleh hasil yang sebaik-baiknya 12 anak sama dengan 66%, meskipun demikian gairah dan semangat belajar siswa patut kita banggakan karena sudah cukup baik  yakni prosentase gairah belajar mencapai 61% dan prosentase semangat belajar siswa mencapai 66%, memang jika ditinjau dari rata-rata prosentase dalam penelitian ini belum menunjukkan perkembangan yang segnifikan karena rata-rata prosentasenya masih di bawah rata-rata yang diharapkan (75,00).
      Selanjutnya setelah menyeleesaikan pekerjaan pada LKS siswa disuruh melaporkan hasilnya secara kelompok dan didiskusikan secara klasikal, yang dipandu oleh guru dan sekaligus sebagai moderator. Hasil pengamatan selama dalam pelaksanaan diskusi adalah sesuai yang tertera pada tabel berikut di bawah ini:
Tabel : 2 Minat belajar siswa pada waktu diskusi secara klasikal pada siklus I
No
Deskripsi
Jumlah Siswa
Prosentase
1
2
3
4
5
Belajar dengan gairah
Belajar dengan penuh semangat
Belajar dengan tekun
Selalu ingin tahu dan bertanya
Memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
12
13
14
13
12
66%
72%
77%
72%
66%

Rata-rata

70,6%

      Dari data pada tabel tersebut di atas menunjukkan adanya pertumbuhan minat belajar siswa meskipun masih sangat tipis, dimana hasil rata-rata prosentase mencapai 70% sedikit di bawah rata-rata 75,00 yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Memang masih ada beberapa anak yang minatnya masih perlu ditingkatkan lagi yakni semangat belajar untuk memperoleh nilai yang sebaik-baiknya dari 18 anak, hanya 12 anak atau sama dengan 66% , jadi ada  6 anak perlu mendapatkan bimbingan lagi. Dan anak sedikit kurang bergairah dalam belajarnya, dari 18 anak hanya 12 anak yang mempunyai gairah belajar atau sama dengan 66%
      Sedang minat belajar siswa dalam mengerjakan soal ulangan formatif pada siklus I anak merasa antusias dan bersemangat dimana rata-rata 75,4% dapat mencapai 78%. Adapun data selengkapnya sebagaimana terdapat dalam table di bawah ini :
Tabel : 3 Minat belajar siswa pada saat mengerjakan ulangan formatif siklus I
No
Deskripsi
Jumlah Siswa
Prosentase
1
2
3
4
5
Belajar dengan gairah
Belajar dengan penuh semanagat
Belajar dengan tekun
Selalu ingintahu / bertanya
Memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
13
14
15
13
13
72%
78%
83%
72%
72%

Rata-rata

75,4%

      Sesuai hasil pengamatan peneliti sebagamana tertera pada tabel  3  menunjukkan sebagaian besar siswa mempunyai semangat belajar yang cukup bagus, dan sebagaian kecil saja yang sedikit kurang bergairah dan semangat untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
b.      Hasil Belajar Siswa
      Sesuai kegiatan ulangan formatif dimulai, siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari kembali apa yang telah dipelajari, dengan cara membuka dan membaca kembali buku sumber, atau Tanya jawab berdiskusi dengan teman sejawatnya untuk mengingat-ingat kembali pelajaran yang lalu. Selesai dilaksanakan ulangan formatif hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel  : 4 Hasil Ulangan Formatif Siklus I
No
Nama Siswa
Ulangan Formatif I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Imilaili Lufia
Yulianto
Aldiada Mandika
Muhamad Firman
Roynatul Jannah
Elisa Anida Regita
Ahmad Arifin
Intan Mariska
Sosan Abdoh Al Weni
Faridatul
Aris Gunawan
Khoirul
Wahyuni
Nur kholifah
Feni Yuliana
Yeninu Pela
Lia Amalia
Inas Safaah
50
50
60
60
40
100
70
70
60
50
80
100
50
60
40
50
70
60

Rata-rata
62,22
      Hasil ulangan formatif pada siklus Iini ada beberapa anak yang telah memperoleh nilai sempurna yakni 2 anak atau sama dengan 100% dan ada 12anak atau sama dengan 67% yang memperoleh nilai kurang baik atau dibawah standart. Dengan demikian hasil ulangan formatif pada siklus I perlu ditingkatkan, karena rata-rata kelasnya masih mencapai 62,22.
c.       Rekomendasi siklus I
      Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan pada siklus I ini ada beberapa hal yang perlu adanya peningkatan:
1.      Untuk meningkatkan minat belajar siswa perlu adanya penambahan media pembelajaran agar anak kita menunggu temannya dan secara aktif dapat menggunakan.
2.      Dalam pelaksanaan diskusi secara klasikal agar tidak didominasi anak-anak yang pandai saja, guru perlu menunjuk anak-anak lainnya dan memberikan motivasi agar anak dapat percaya diri.
3.      Dalam meningkatkan hasil belajar siswa sedapat mungkin menggunakan banyak buku referensi atau rujukan agar anak dapat mengembangkan cakrawala dalam berfikir.
4.      Dalam diskusi kelompokm agar dapat efektif perlu adanya pembatasan-pembatasan agar tidak menghabiskan waktu.
2.      HASIL PENELITIAN SIKLUS II
        Dengan memperhatikan rekomendasi pada siklus I, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan utamanya dalam penambahan media dan proses dalam pembelajaran dengan seefektif mungkin, dan untuk memperoleh hasil yang maksimal, anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya (lambat) telah dilakukan bimbingan secara pribadi dengan menggunakan soal latihan khusus yang secara intensif dipandu oleh guru dan hasilnya sebagai berikut :
a.       Minat belajar siswa
              Dari hasil pengamatan peneliti yang dibantu oleh teman sejawat bahwa minat belajar siswa dalam mengerjakan LKS siklus II ini mengalami peningkatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini. Yang menggambarka secara terinci setiapaspek yang telah dilakukan peneliti dan pengamatan.
Tabel  : 9 Minat belajar siswa pada saat mengerjakan LKS siklus II
No
Deskripsi
Jumlah siswa
Prosentase
1
2
3
4
5
Belajar dengan gairah
Belajar dengan penuh semangat
Belajar dengan tekun
Selalu ingin tahu  / bertanya
Memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
18
17
16
16
18

100%
94%
89%
89%
100%

Rata-rata

94,4%

              Dari hasil pengamatan yang terpampang telah memberikan gambaran dengan jelas bahwa minat belajar mengalami peningkatan yang segnifikan jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya yaitu dengan rata-rata prosentase 68,4% pada siklus I meningkat menjadi 94,4% pada siklus II  dan 18 siswa belajar dengan gairah serta ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. 100% belajar dengan penuh semangat dan selalu ingintahu melalui pertanyaan-pertanyaan kreatif, dan 16 siswa belajar dengan tekun. Dengan demikian jelas model pembelajaran kontekstual banyak digemari dan dapat meningkatkan minat belajar siswa.
              Pada pelaksanaan tersebut, diskusi dalam membahas hasil pengerjaan LKS berjalan dengan lancer, tertib tanpa ada hambatan, siswa merasa gairah, senang, penuh dengan semangat, sekali-kali muncul pertanyaan, menandakan bahwa diskusi hidup penuuh dengan kehangatan. Bahkan ada dari salah satu anak yang muncul pertanyaan “ Bagaimana kalau diskusi ini dibuat seperti cerdas cermat?”. Pelaksanaan ini dapat sebagai latihan menghadapi ulangan formatif.
              Pengamatan peneliti yang dibantu oleh teman sejawat hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel  : 10 Minat belajar siswa pada saat diskusi secara klasikal pada siklus II
No
Diskripsi
Jumlah siswa
Prosentase
1
2
3
4
5
Belajar dengan gairah
Belajar dengan penuh semangat
Belajar dengan tekun
Selalu ingin tahu / bertanya
Memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
18
18
17
17
18
100%
100%
94%
94%
100%

Rata-rata

97,6%
             
              Data tersebut menggambarkan bahwa melalui model pembelajaran kontekstual minat belajar siswa menjadi meningkat ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata prosentase pada siklus II 97,6%. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual ini cocok untuk dilaksanakan pada penyelenggaraan proses pembelajaran sehari-hari.
Bagaimana untuk minat belajar siswa pada saat mengerjakan soal ulangan formatif dapat dilihat pada tabel berikut ;
Tabel : 11 Minat belajar siswa pada saat ulangan formatif pada siklus II
No
Diskripsi
Jumlah Siswa
Prosentase
 1
2
3
4
5
Belajar dengan gairah
Belajar dengan pebuh semangat
Belajar dengan tekun
Selalu ingin tahu / bertanya
Memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
18
18
18
17
18
100%
100%
100%
94%
100%

Rata-rata

98,8%

                  Data tersebut di atas menggambarkan minat belajar siswa sangat tinggi untuk mencapai hasil yang sempurna karena rata-rata prosentasenya dapat mencapai 98,8% jauh lebih baik kalau disbanding dari hasil sebelumnya yaitu 97,6% . dengan demikian dapat disimpilkan bahwa model pembelajaran kontekstual memang benar-benar dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan hasil yang sangat memuaskan.
b.      Hasil Belajar Siswa
                 Sebelum diadakan ulangan formatif pada siklus II ini diawali dengan cerdas cermat atau Tanya jawab antar teman atau antar kelompok untuk mengingat kembali pelajaran yang telah dipelajari, atau refresing dan hasilnya sebagai berikut : 18 siswa , 14 anak lebih mendapatkan nilai sempurna, tepatnya 78% dan  tidak ada anak yang mendapatkan nilai di bawah standart (KMB). Hasil ulangan fomatif pada siklus II ini memang cukup baik dengan rata-rata kelas mencapai 95,6 , jika dibandingkan dengan hasil ulangan formatif  I.
                 Atas hal tersebut maka peneliti tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil baik, untuk itu dalam proses pembelajaran sehari-hari di lapangan dapat digunakan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
                 Peneliti yang dalam hal ini juga sebagai guru manganjurkan tinggalka model pembelajaran dengan paradigm lama, siswa disuruh menghafal sejumlah fakta-fakta yang membuat siswa bosan dan jenuh, maka gunakan model pembelajaran dengan paradigm baru yang menggunakan model kontekstual yang memberdayakan siswa secara aktif, kreatif dan menyenangkan.
                 Dan hasilnya secara rincian gamblng dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :
Tabel : 12 hasil ulangan formatif siklus II
No
Nama Siswa
Ulangan Formatif II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Imilaili Lufia
Yulianto
Aldiada Mandika
Muhamad Firman
Roynatul Jannah
Elisa Anida Regita
Ahmad Arifin
Intan Mariska
Sosan Abdoh Al Weni
Faridatul
Aris Gunawan
Khoirul
Wahyuni
Nur kholifah
Feni Yuliana
Yeninu Pela
Lia Amalia
Inas Safaah
100
100
100
80
70
100
100
100
100
80
100
100
100
100
100
100
100
100

Rata-rata
95,6

c.       Rekomendasi siklus II
              Berdasarkan penelitian siklus II, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut : untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa gunakanlah model pembelajaran kontekstual sebagai alternative proses pembelajaran di lapangan.
              Dan agar mendapatkan hasil  yang maksimal, berdayakan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa benar-benar mengalami.
3.      RANGKUMAN HASIL PENELITIAN, MINAT DAN PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA
Ø  Rangkuman Hasil Pengamatan Tentang Minat
                    Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan minat belajar siswa, peneliti merangkum hasil pengamatan siklus I dan II sebagaimana yang dipaparkan pada tabel berikut ini :

Tabel  : 13 Rangkuman hasil pengamatan tentang minat belajar
No
Uraian Kegiatan
Rata-rata prosentase
Siklus I
Siklus II
1
2
3
Pada pengerjaan LKS
Pada pembahasan LKS
Pada Ulangan formatif
68,4%
70,6 %
75,4%
94,4%
97,6%
98,8%

Rata-rata
71,5%
96,9%

        Berdasarkan data tersebut di atas bahwa setiap siklus cenderung meningkat, siklus I 71,5% dan pada siklus II 96,9%. Dengan demikian dapat digambarkan minat belajar siswa.
Ø  Rangkuman Hasil Ulangan formatif siklus I dan siklus II
         Data yang peneliti paparkan adalah rata-rata kelas setiap siklus, dari siklus I sampai siklus II, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa pada akhirnya penelitian ini secara rinci terdapat pada tabel berikut :
Tabel : 14 Rangkuman hasil ualangan formatif siklus I dan II
No
Siklus
Nilai rata-rata
Keterangan
1
2
Siklus I
Siklus II
62,77
95,6
-
-

Rata-rata
79,1


         Sesuai dengan realitas hasil ulangan formatif pada setiap siklus cenderung mengalami peningkatan, siklus I rata-rata 62,77 dan pada siklus II mencapai 95,6.
         Atas dasar realitas tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dimana dalam penelitian ini dibuktikan, disamping meningkatnya nilai rata-rata setiap siklus, juga nilai rata-rata dari kedua siklus tersebut mencapai 79,1 di atas rata-rata yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu dengan rata-rata 70,00.














BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
              Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab IV tersebut makaditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas III SDN Sumberagung 03 Kecamatan Sumbermanjing pada pelajaran metematika tentang mencari keliling dan luas persegi panjang dengan menggunakan rumus.
2.      Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN Sumberagung 03 Kecamata Sumbermanjing pada pelajaran matematika tentang mencari keliling dan luas persegi panjang dengan menggunakan rumus.
B.     SARAN
              Dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kiranya tepat apabila proses pembelajaran sehari-hari di lapangan menggunakan “Model pembelajaran Kontekstual” dan meninggalkan model pembelajaran dengan paradigma lama yaitu ceramah monoton dan menghafal fakta-fakta.






DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi             (Draff Juni 2002) Jakarta : Balitbang Depdikbud.

Dewey, John. 1992.Thingking Contructively About Science, Technologi and          Society education. Albany, Newyork: State Universety of New York    press.

Nur, Hadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and          Learning / CTL). Jakarta : Pendidikan Nasional
  

        


                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar